Kamis, 11 April 2019

PENGEMBANGAN REOG PONOROGO MELALUI SANGGAR SENI

0 komentar

PENGEMBANGAN REOG PONOROGO MELALUI SANGGAR SENI


Erni Febriana
160131600471
Administrasi Pendidikan / A
Pendidikan Kewarganegaraan


Universitas Negeri Malang
Email: ernifebri27@gmail.com


PENDAHULUAN
Indonesia adalah Negara yang dikenal dengan adanya banyak budaya. Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia. Cultural diversity diartikan sebagai kekayaan budaya yang dilihat sebagai cara yang ada dalam kebudayaan kelompok atau masyarakat untuk mengungkapkan ekspresinya. Hal ini tidak hanya berkaitan dalam keragaman budaya yang menjadi kebudayaan latar belakangnya, namun juga variasi dalam penciptaan artistic, produksi, disseminasi, distribusi dan penghayatannya, apapun makna dan teknologi yang digunakan. Selain kebudayaan kelompok suku bangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada di daerah tersebut.
Menurut Taylor (1897) dalam Sulaeman (2012) Kebudayaan adalah pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat. Perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi social, religi, seni, dan lain-lain. Sedangkan budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Kebudayaan berfungsi sebagai wadah atau tempat mengungkapkan perasaan seseorang dalam masyarakat ataupun untuk memuaskan keinginan, misalnya dengan adanya seni-seni di masyarakat. Menurut Sedyawati (2006) ungkapan-ungkapan seni, baik yang “adi luhung” maupun yang “hiburan”, disamping nilai estetik atau nilai hiburannya, tentu kesenian memiliki fungsi sosial. Misalnya dalam masyarakat yang cukup kompleks, dapat pula suatu jenis kesenian tertentu menjadi ‘milik’ atau ‘tanda pengenal’ bagi suatu golongan masyarakat tertentu, tanpa suatu konotasi akan adanya ‘hak khusus’. ‘Tanda pengenal’ seperti itu mungkin lebih berhubungan dengan jenis pekerjaan (seperti halnya reog). Kesenian yang ada tersebut akan luntur seiring perkembangan zaman apabila tidak dilestarikan.
PEMBAHASAN
Reog ponorogo adalah salah satu budaya yang ada di Indonesia. Sebagai kebudayaan atau kesenian tradisional, ia bersifat terbuka, oleh rakyat dan untuk rakyat, sesuai dengan system masyarakatnya yang demokratis. Reog ponorogo juga bisa dikatakan sebagai suatu seni tari karena kesenian ini berwujud tari-tarian. Tari merupakan suatu ungkapan inspirasi manusia terhadap keindahan. Secara singkat asal mula reog ponorogo diawali dari kisah seorang putri cantik yang mengadakan sebuah sayembara , putri cantik tersebut bernama Dewi Songgolangit dari Kerajaan Daha. Syarat untuk menjadi pendamping sang dewi harus membawakan manusia yang bekepala hewan. Selain itu, harus menciptakan kesenian yang belum pernah ada dan membawakan 140 pasang hewan. Dan seseorang yang mampu memenuhi syarat tersebut yaitu Prabu Klono Sewandono dari Kerajaan Bantarangin. Prabu klono sewandono membawa manusia yang bekepala macan yang diatasnya ada burung merak yang dan diiringi dengan musik gamelan. Yang kemudian dinamai Reog Ponorogo.
Seiring berkembangnya zaman, kesenian reog ponorogo akan luntur jika tidak dilestarikan atau bahkan dikembangkan. Seperti yang kita ketahui beberapa waktu yang lalu, kesenian reog ponorogo pernah diakui oleh Negara lain dikarenakan kurangnya partisipasi masyarakat Indonesia dalam melestarikan kebudayaan reog, khususnya generasi muda. Kejadian itu akan terulang jika kita sebagai warga Negara tidak melakukan tindakan nyata untuk pelertariannya.
Ada beberapa cara untuk menjaga dan melestarikan serta mengembangkan kesenian Reog Ponogoro agar tetap lestari dan berkembang dari zaman ke zaman. Salah satu caranya adalah dengan melalui sanggar seni. Sangar seni ini dirasa sangat tepat untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Sanggar seni adalah suatu tempat yang digunakan oleh sekelompok orang untuk melakukan kegiatan seni, seperti seni tari. Dengan adanya sanggar seni kita dapat mempelajari reog ponorogo lebih dalam dan lebih detail. Sanggar seni sangat penting dalam proses pengembangan reog ponorogo. Karena dalam sanggar seni kita tidak hanya mempelajari macam-macam tariannya tetapi kita juga dapat mempelajari macam-macam kostum yang dipakai dalam pertunjukan reog ponorogo. Reog ponorogo bukan hanya kesenian yang berisi tari barongan atau dadak merak saja melainkan terdapat tarian-tarian yang melengkapinya seperti tari untuk para pasukan yaitu warok, jathil, dan bujang ganong. Dalam pertunjukan reog ponorogo ada juga yang berperan sebagai raja atau prabu yaitu sebagai prabu klono sewandono.
Jathil adalah prajurit berkuda dan merupakan salah satu tokoh dalam seni Reog. Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda. Tarian ini dibawakan oleh penari di mana antara penari yang satu dengan yang lainnya saling berpasangan. Ketangkasan dan kepiawaian dalam berperang di atas kuda ditunjukkan dengan ekspresi atau greget sang penari. Jathilan ini pada mulanya ditarikan oleh laki-laki yang halus, berparas ganteng atau mirip dengan wanita yang cantik. Gerak tarinya pun lebih cenderung feminin. Sejak tahun 1980-an ketika tim kesenian Reog Ponorogo hendak dikirim ke Jakarta untuk pembukaan PRJ (Pekan Raya Jakarta), penari jathilan diganti oleh para penari putri dengan alasan lebih feminin. Ciri-ciri kesan gerak tari Jathilan pada kesenian Reog Ponorogo lebih cenderung pada halus, lincah, genit. Hal ini didukung oleh pola ritmis gerak tari yang silih berganti antara irama mlaku (lugu) dan irama ngracik.
 “Warok” yang berasal dari kata wewarah adalah orang yang mempunyai tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. Warok adalah wong kang sugih wewarah (orang yang kaya akan wewarah). Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik.Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin). Warok merupakan karakter/ciri khas dan jiwa masyarakat Ponorogo yang telah mendarah daging sejak dahulu yang diwariskan oleh nenek moyang kepada generasi penerus. Warok merupakan bagian peraga dari kesenian Reog yang tidak terpisahkan dengan peraga yang lain dalam unit kesenian Reog Ponorogo. Warok adalah seorang yang betul-betul menguasai ilmu baik lahir maupun batin.
Barongan (Dadak merak) merupakan peralatan tari yang paling dominan dalam kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagiannya antara lain; Kepala Harimau (caplokan), terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan ditutup dengan kulit Harimau Gembong. Dadak merak, kerangka terbuat dari bambu dan rotan sebagai tempat menata bulu merak untuk menggambarkan seekor merak sedang mengembangkan bulunya dan menggigit untaian manik – manik (tasbih). Krakap terbuat dari kain beludru warna hitam disulam dengan monte, merupakan aksesoris dan tempat menuliskan identitas group reog. Dadak merak ini berukuran panjang sekitar 2,25 meter, lebar sekitar 2,30 meter, dan beratnya hampir 50 kilogram.
Klono Sewandono atau Raja Kelono adalah seorang raja sakti mandraguna yang memiliki pusaka andalan berupa Cemeti yang sangat ampuh dengan sebutan Kyai Pecut Samandiman kemana saja pergi sang Raja yang tampan dan masih muda ini selalu membawa pusaka tersebut. Pusaka tersebut digunakan untuk melindungi dirinya. Kegagahan sang Raja di gambarkan dalam gerak tari yang lincah serta berwibawa, dalam suatu kisah Prabu Klono Sewandono berhasil menciptakan kesenian indah hasil dari daya ciptanya untuk menuruti permintaan Putri (kekasihnya). Karena sang Raja dalam keadaan mabuk asmara maka gerakan tarinyapun kadang menggambarkan seorang yang sedang kasmaran.
Bujang Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga Anom adalah salah satu tokoh yang enerjik, kocak sekaligus mempunyai keahlian dalam seni bela diri sehingga disetiap penampilannya senantiasa di tunggu – tunggu oleh penonton khususnya anak – anak. Bujang Ganong menggambarkan sosok seorang Patih Muda yang cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti. Sebagai jathil yang memiliki watak seperti prajurit maka orang tersebut juga harus bertingkah laku seperti prajurit. Begitu juga dengan yang berperan sebagai warok, bujang ganong, dan prabu klono sewandono. Maka dari itu sebelum memerankan para tokoh diharapkan untuk mengetahui watak-watak dari setiap tokoh yang akan diperankan dan itu dipelajari dalam sanggar seni. Setiap tokoh dalam reyog memilik tarian yang berbeda-beda. Tergantung dari watak setiap tokoh yang diperankan dalam reyog ponorogo. Seseorang yang berperan
Dalam pertunjukan reog ponorogo terbagi atas 3 tarian yaitu tarian pembuka, tarian inti, dan tarian pentup. Tarian pertama dibawakan oleh 6 sampai 8 pria dengan menggunakan pakaian serba hitam dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 pria penunggang kuda. Denga seiring berkembangnya zaman penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki sekarang diperankan oleh wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang atau jathilan, yang harus dibedakan dengan seni tari lain yaitu tari kuda lumping. Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu yang disebut Bujang Ganong atau Ganongan.
Setelah tarian pembuka selesai, baru ditampilkan adegan inti dari kesenian ini. Isi dan makna kesenian pada tari inti bergantung pada kondisi pementasan. Jika dipentaskan dalam acara pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan, sedangkan untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita tentang seorang pendekar. Jadi tema tarian ini dapat disesuaikan dengan mudah. Adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Disini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam pementasan seni reog ini adalah memberikan kepuasan kepada para penontonnya sehingga penonton dapat terkesan.
Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Berat topeng ini bisa mencapai 50-60 kg. Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan gigi. Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diperoleh dengan latihan spiritual seperti puasa dan tapa.
Dalam pertunjukannya, Reog Ponorogo diiringi oleh musik tradisional yaitu dengan gamelan. Musik tradisional adalah musik yang hidup di masyarakat secara turun temurun, dipertahankan dan dilestarikan sebagai sarana hiburan dan pertunjukan. Tiga komponen yang saling mempengaruhi diantaranya seniman, musik itu sendiri, dan masyarakat sebagai penikmatnya.
Melalui sanggar seni, pengembangan reog ponorogo akan berkembang lebih baik dan akan tetap terjaga kelestariannya dari generasi ke generasi dan diharapkan akan mendunia sehingga dapat bersaing dalam kesenian global. Karena semua yang berhubungan dengan reog dipelajari dalam sanggar seni. Sanggar seni ini tidak hanya untuk orang-orang dewasa tetapi juga untuk anak-anak sehingga semua umur dapat menikmati pertunjukan ini. Di Ponorogo sendiri  sudah banyak anak-anak yang berumur 5 tahun keatas sudah mahir untuk menarikan tarian reog sesuai tokoh-tokoh yang mereka perankan. Hal ini merupakan salah satu cara agar reog ponorogo tidak akan luntur dimakan oleh zaman.
Dengan adanya sanggar seni maka dapat mengolah seni yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat untuk kepentingan pertunjukan dengan tidak meninggalkan ciri khas budaya daerahnya, meletarikan dan mengembangkan kesenian daerah, untuk menghidupkan kembali kesenian yang sudah atau hampir punah, dapat menciptakan lapangan kerja bagi para seniman. Melalui atraksi-atraksi ( tari, musik, ukir dan lukis) yang digelar dapatmembantu masyarakat dalam meningkatkan pengenalan dan apresiasi budaya. Melalui sanggar seni, pembinaan kesenian dapat terorganisir secara baik sehingga pembinaan dan pengembangannya berakar pada kebudayaan asli suatu kelompok masyarakat atau suku bangsa. Selain itu, bagian dari kebudayaan yang tidak dapat di pamerkan, seperti : gerak tari, musik (instrumen dan vokal),pelaku seni (penari atau pemusik) dan lain-lainnya dapat dilihat melalui pertunjukan seni yang ditampilkan oleh sanggar seni.
Melihat dari beberapa fungsi sanggar seni yang disebutkan diatas masih banyak kendala yang dihadapi. Terutama bagaimana cara menarik para generasi muda untuk mau belajar dalam sanggar seni. Karena di era modern seperti ini para generasi muda lebih menyukai belajar tari modern daripada tari tradisional seperti reog ponorogo ini. Untuk menarik para generasi muda agar mau belajar seni adalah mewajibkan setiap sekolah memberikan pelajaran kesenian yang mengharuskan siswa belajar melalui sanggar seni. Selain itu, dalam sanggar seni ini yang biasanya melakukan pagelaran bisa memberikan reward kepada para penari. Sehingga secara tidak langsung ini akan menarik para generasi muda untuk belajar seni. Usaha lain yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pengerrtian kepada para generasi muda bahwa pentingnya menjaga kebudayaan asli Indonesia. Bisa juga dilakukan sosialisasi tentang kebudayaan-kebudayaan terutama kesenian reog ponorogo. Dimana dalam sosialisasi tersebut menjelaskan peran penting generasi muda dalam pengembangan budaya. Dengan cara yang demikian, perlahan akan membuat generasi muda sadar akan pentingnya peran mereka dalam menjaga kelestarian budaya.
Reog ponorogo harus tetap dijaga kelestariannya. Salah satunya melalui sanggar seni ini. Sudah banyak sanggar seni yang berdiri di Kabupaten Ponorogo. Hanya saja masih sedikit minat dari generasi muda untuk mempelajari reog ponorogo lebih dalam. Namun demikian, untuk menanamkan rasa cinta terhadap budaya lokal beberapa sekolah yang ada di Ponorogo juga terdapat mata pelajaran yang berhubungan dengan reog ponorogo. Bahkan mewajibkan kepada para siswa untuk memerankan tokoh dalam reyog ponorogo melalui pertunjukan tari. Dengan banyaknya sanggar seni yang sudah berdiri diharapkan mampu membawa reog ponorogo menjadi budaya yang dikenal masyarakat luas dan dapat dipertunjukan di berbagai Negara  di dunia sehingga kesenian reog ponorogo dapat bersaing dalam kesenian global. Reog ponorogo adalah kesenian asli yang berasal dari Indonesia dan bukan kesenian dari Negara lain seperti yang sudah terjadi sebelumnya.
Dimana mengingat beberapa waktu lalu negera tetangga Malaysia telah mengklaim bahwa kesenian reog penorogo adalah kesenian asli dari Malaysia dan ini salah besar. Hal ini terbukti bahwa masyarakat Indonesia sendiri kurang memperhatikan budaya local sehingga budaya local pun dapan diklaim Negara lain. Peran Sanggar seni akan sangat penting dalam membantu perkembangan reog ponorogo. Maka dari itu, perlu adanya sanggar seni lebih banyak untuk mengembangkan reog ponorogo. Selain itu perlu adanya minat dari generasi muda untuk belajar kesenian reog ponorogo dan dengan ini maka akan banyak generasi muda yang berbudaya dan mampu melestarikan kebudayaan local.
Sesuai perananya untuk mengembangkan kesenian reog ponorogo agar dapat berkembang sesuai zaman tanpa merubah pakem yang sudah ada, sanggar seni juga melakukan improvisasi dalam pertunjukannya agar semakin bisa diterima masyarakat luas. Tetapi improvisasi ini hanya dapat digunakan untuk pertunjukan saja, bukan dalam perlombaan dan kompetisi yang harus sesuai pakem yang ada.
Misalnya melakukan improvisasi dalam sanggar seni pertunjukan reog ponorogo yaitu dengan menambahkan unsur lawakan atau guyonan,akrobatik seperti salto sambil lepas tangan, makan api, sampai mengupas kelapa dengan gigi. Semua ini dapat dilakukan asalkan tidak menyimpang dari syariat agama. Dengan menampilkan pertunjukan yang inovatif dan kreatif maka juga akan berdampak pada daya jual atau pemasaran  yaitu semakin banyak minat masyarakat untuk melihat dan menyaksikan pertunjukan maka akan semakin besar kesempatan kesenian reog  untuk tampil di berbagai perayaan atau perhelatan di berbagai wilayah di Indonesia sehingga secara tidak langsung kesenian reog ponorogo dapat berkembang secara maksimal.
Dilihat dari manfaat yang ada dari didirikannya sanggar seni maka dapat disimpulkan bahwa peranan sanggar seni sangatlah penting. Terutama dalam hal perkembangan reog ponorogo di era sekarang ini. Dengan adanya sanggar seni reog ponorogo tidak akan luntur dimakan zaman dan akan terus berkembang dengan baik dari generasi ke generasi. Sanggar seni pula lah yang akan membuat reog ponorogo berkembang di kancah internasional. seperti dalam berita akhir-akhir ini bahwa reog ponorogo akan menuju pengakuan UNESCO. Hal ini tidak terlepas dari peran sanggar seni juga.
Memperkenalkan kebudayaan bangsa kedalam kancah internasional memiliki banyak manfaat. Kemajuan kebudayaan juga memiliki nilai positif bagi kepentingan ekonomi dan politik. Peningkatan peran budaya Indonesia dalam kancah internasional berarti akan meningkatkan volume pertemuan dengan kebudayaan asing yang ada sehingga akan mendorong pengembangan dan pengayaan kebudayaan bangsa. Selain itu, juga akan membantu pembangunan watak bangsa, dalam konteks memperkukuh jati diri bangsa Indonesia serta menumbuhkan kebanggaan nasional dan cinta tanah air.
Dengan demikian, sudah dapat dilihat dengan jelas bahwa sanggar seni sangat berperan banyak dalam pengembangan budaya. Melalui sanggar seni generasi muda dapat mempelajari kesenian reog ponorogo lebih dalam. Karena dalam sanggar seni para generasi muda mempelajari beragam gerak tari, macam-macam kostum, ragam music gamelan, dan masih banyak lagi yang didapatkan di sana. Dengan begitu, generasi muda dapat melakukan pengembangan reog ponorogo. Gerakan tari yang dikuasai dapat ditampilkan melalui pertunjukan-pertunjukan reog. Misalnya mengikuti acara pertunjukan reog yang biasa disebut dengan Festival Reog Nasional dalam grebeg suro yang diadakan setiap tahunnya. Terdapat puluhan sanggar seni yang mengikuti acara festival tersebut. Festival ini menjadi daya tarik para wisatawan karena grup reog yang tampil tidak hanya dari wilayah ponorogo namun dari beberapa kota besar yang ada di Indonesia. Hal itu tidak luput dari peran sanggar seni yang ada diberbagai daerah di Indonesia khususnya daerah Ponorogo. Ini juga merupakan salah satu upaya pengembangan reog ponorogo.


PENUTUP
Dengan adanya sanggar seni pengembangan reog ponorogo akan lebih mudah. Diharapkan reog ponorogo akan menjadi budaya yang terus berkembang dan tidak akan luntur seiiring dengan berkembangnya zaman. Sanggar seni diharapkan bisa menjadi wadah para seniman dan generasi muda untuk terus mempelajari dan mengembangkan reog ponorogo. Namun, tidak hanya sanggar seni yang berperan dalam pengembangan reog ponorogo tetapi pemerintah dan masyarakat sekitar khususnya generasi muda juga ikut andil dalam pengembangan reog ponorogo ini. Dengan adanya kerjasama yang baik antar-golongan maka hambatan-hambatan yang ada akan terselesaikan dengan baik dan reog ponorogo dapat berkembang terus hingga di kancah internasional.


DAFTAR RUJUKAN

Christika, Arny P.2016.Reog Menuju Pengakuan UNESCO.Liputan 6. (Online), (http://www.liputan6.com), diakses 29 Oktober 2016.
Kurniawan, Benny. 2012.Ilmu Budaya Dasar.Tangerang Selatan: Jelajah Nusantara
Pribadi, Wahyu.2016.Riwayat Reyog Ponorogo. Ponorogo: Golden Terayon Press
Sedyawati, Edi.2006.Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sulaeman, Munandar.2012.Ilmu Budaya Dasar.Bandung: PT Refika  Aditama

0 komentar:

Posting Komentar