PENGEMBANGAN
REOG PONOROGO MELALUI SANGGAR SENI
Erni Febriana
160131600471
Administrasi Pendidikan / A
Pendidikan Kewarganegaraan
Universitas
Negeri Malang
Email: ernifebri27@gmail.com
PENDAHULUAN
Indonesia adalah Negara
yang dikenal dengan adanya banyak budaya. Keragaman budaya atau “cultural
diversity” adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia. Cultural diversity
diartikan sebagai kekayaan budaya yang dilihat sebagai cara yang ada dalam
kebudayaan kelompok atau masyarakat untuk mengungkapkan ekspresinya. Hal ini
tidak hanya berkaitan dalam keragaman budaya yang menjadi kebudayaan latar
belakangnya, namun juga variasi dalam penciptaan artistic, produksi,
disseminasi, distribusi dan penghayatannya, apapun makna dan teknologi yang
digunakan. Selain kebudayaan kelompok suku bangsa, masyarakat Indonesia juga
terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan
pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada di daerah
tersebut.
Menurut Taylor (1897)
dalam Sulaeman (2012) Kebudayaan adalah pemahaman perasaan suatu bangsa yang
kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat
(kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat. Perwujudan
kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang
berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata misalnya
pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi social, religi, seni,
dan lain-lain. Sedangkan budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Kebudayaan berfungsi sebagai wadah atau tempat mengungkapkan perasaan
seseorang dalam masyarakat ataupun untuk memuaskan keinginan, misalnya dengan
adanya seni-seni di masyarakat. Menurut Sedyawati (2006) ungkapan-ungkapan
seni, baik yang “adi luhung” maupun yang “hiburan”, disamping nilai estetik
atau nilai hiburannya, tentu kesenian memiliki fungsi sosial. Misalnya dalam
masyarakat yang cukup kompleks, dapat pula suatu jenis kesenian tertentu
menjadi ‘milik’ atau ‘tanda pengenal’ bagi suatu golongan masyarakat tertentu,
tanpa suatu konotasi akan adanya ‘hak khusus’. ‘Tanda pengenal’ seperti itu
mungkin lebih berhubungan dengan jenis pekerjaan (seperti halnya reog). Kesenian
yang ada tersebut akan luntur seiring perkembangan zaman apabila tidak
dilestarikan.
PEMBAHASAN
Reog ponorogo adalah
salah satu budaya yang ada di Indonesia. Sebagai kebudayaan atau kesenian
tradisional, ia bersifat terbuka, oleh rakyat dan untuk rakyat, sesuai dengan
system masyarakatnya yang demokratis. Reog ponorogo juga bisa dikatakan sebagai
suatu seni tari karena kesenian ini berwujud tari-tarian. Tari merupakan suatu
ungkapan inspirasi manusia terhadap keindahan. Secara singkat asal mula reog
ponorogo diawali dari kisah seorang putri cantik yang mengadakan sebuah
sayembara , putri cantik tersebut bernama Dewi Songgolangit dari Kerajaan Daha.
Syarat untuk menjadi pendamping sang dewi harus membawakan manusia yang
bekepala hewan. Selain itu, harus menciptakan kesenian yang belum pernah ada
dan membawakan 140 pasang hewan. Dan seseorang yang mampu memenuhi syarat
tersebut yaitu Prabu Klono Sewandono dari Kerajaan Bantarangin. Prabu klono
sewandono membawa manusia yang bekepala macan yang diatasnya ada burung merak
yang dan diiringi dengan musik gamelan. Yang kemudian dinamai Reog Ponorogo.
Seiring berkembangnya
zaman, kesenian reog ponorogo akan luntur jika tidak dilestarikan atau bahkan
dikembangkan. Seperti yang kita ketahui beberapa waktu yang lalu, kesenian reog
ponorogo pernah diakui oleh Negara lain dikarenakan kurangnya partisipasi
masyarakat Indonesia dalam melestarikan kebudayaan reog, khususnya generasi
muda. Kejadian itu akan terulang jika kita sebagai warga Negara tidak melakukan
tindakan nyata untuk pelertariannya.
Ada beberapa cara untuk
menjaga dan melestarikan serta mengembangkan kesenian Reog Ponogoro agar tetap
lestari dan berkembang dari zaman ke zaman. Salah satu caranya adalah dengan
melalui sanggar seni. Sangar seni ini dirasa sangat tepat untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi. Sanggar seni adalah suatu tempat yang digunakan oleh
sekelompok orang untuk melakukan kegiatan seni, seperti seni tari. Dengan
adanya sanggar seni kita dapat mempelajari reog ponorogo lebih dalam dan lebih
detail. Sanggar seni sangat penting dalam proses pengembangan reog ponorogo.
Karena dalam sanggar seni kita tidak hanya mempelajari macam-macam tariannya
tetapi kita juga dapat mempelajari macam-macam kostum yang dipakai dalam
pertunjukan reog ponorogo. Reog ponorogo bukan hanya kesenian yang berisi tari
barongan atau dadak merak saja melainkan terdapat tarian-tarian yang
melengkapinya seperti tari untuk para pasukan yaitu warok, jathil, dan bujang
ganong. Dalam pertunjukan reog ponorogo ada juga yang berperan sebagai raja
atau prabu yaitu sebagai prabu klono sewandono.
Jathil adalah prajurit
berkuda dan merupakan salah satu tokoh dalam seni Reog. Jathilan merupakan
tarian yang menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih di
atas kuda. Tarian ini dibawakan oleh penari di mana antara penari yang satu
dengan yang lainnya saling berpasangan. Ketangkasan dan kepiawaian dalam
berperang di atas kuda ditunjukkan dengan ekspresi atau greget sang penari. Jathilan
ini pada mulanya ditarikan oleh laki-laki yang halus, berparas ganteng atau
mirip dengan wanita yang cantik. Gerak tarinya pun lebih cenderung feminin.
Sejak tahun 1980-an ketika tim kesenian Reog Ponorogo hendak dikirim ke Jakarta
untuk pembukaan PRJ (Pekan Raya Jakarta), penari jathilan diganti oleh para
penari putri dengan alasan lebih feminin. Ciri-ciri kesan gerak tari Jathilan
pada kesenian Reog Ponorogo lebih cenderung pada halus, lincah, genit. Hal ini
didukung oleh pola ritmis gerak tari yang silih berganti antara irama mlaku
(lugu) dan irama ngracik.
“Warok” yang berasal dari kata wewarah adalah
orang yang mempunyai tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa
pamrih. Warok adalah wong kang sugih wewarah (orang yang kaya akan wewarah).
Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran
kepada orang lain tentang hidup yang baik.Warok iku wong kang wus purna saka
sakabehing laku, lan wus menep ing rasa (Warok adalah orang yang sudah sempurna
dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin). Warok merupakan
karakter/ciri khas dan jiwa masyarakat Ponorogo yang telah mendarah daging
sejak dahulu yang diwariskan oleh nenek moyang kepada generasi penerus. Warok
merupakan bagian peraga dari kesenian Reog yang tidak terpisahkan dengan peraga
yang lain dalam unit kesenian Reog Ponorogo. Warok adalah seorang yang
betul-betul menguasai ilmu baik lahir maupun batin.
Barongan (Dadak merak)
merupakan peralatan tari yang paling dominan dalam kesenian Reog Ponorogo.
Bagian-bagiannya antara lain; Kepala Harimau (caplokan), terbuat dari kerangka
kayu, bambu, rotan ditutup dengan kulit Harimau Gembong. Dadak merak, kerangka
terbuat dari bambu dan rotan sebagai tempat menata bulu merak untuk
menggambarkan seekor merak sedang mengembangkan bulunya dan menggigit untaian
manik – manik (tasbih). Krakap terbuat dari kain beludru warna hitam disulam
dengan monte, merupakan aksesoris dan tempat menuliskan identitas group reog.
Dadak merak ini berukuran panjang sekitar 2,25 meter, lebar sekitar 2,30 meter,
dan beratnya hampir 50 kilogram.
Klono Sewandono atau Raja
Kelono adalah seorang raja sakti mandraguna yang memiliki pusaka andalan berupa
Cemeti yang sangat ampuh dengan sebutan Kyai Pecut Samandiman kemana saja pergi
sang Raja yang tampan dan masih muda ini selalu membawa pusaka tersebut. Pusaka
tersebut digunakan untuk melindungi dirinya. Kegagahan sang Raja di gambarkan
dalam gerak tari yang lincah serta berwibawa, dalam suatu kisah Prabu Klono
Sewandono berhasil menciptakan kesenian indah hasil dari daya ciptanya untuk
menuruti permintaan Putri (kekasihnya). Karena sang Raja dalam keadaan mabuk
asmara maka gerakan tarinyapun kadang menggambarkan seorang yang sedang
kasmaran.
Bujang Ganong (Ganongan)
atau Patih Pujangga Anom adalah salah satu tokoh yang enerjik, kocak sekaligus
mempunyai keahlian dalam seni bela diri sehingga disetiap penampilannya
senantiasa di tunggu – tunggu oleh penonton khususnya anak – anak. Bujang
Ganong menggambarkan sosok seorang Patih Muda yang cekatan, berkemauan keras,
cerdik, jenaka dan sakti. Sebagai jathil yang memiliki watak seperti prajurit
maka orang tersebut juga harus bertingkah laku seperti prajurit. Begitu juga
dengan yang berperan sebagai warok, bujang ganong, dan prabu klono sewandono.
Maka dari itu sebelum memerankan para tokoh diharapkan untuk mengetahui
watak-watak dari setiap tokoh yang akan diperankan dan itu dipelajari dalam
sanggar seni. Setiap tokoh dalam reyog memilik tarian yang berbeda-beda. Tergantung
dari watak setiap tokoh yang diperankan dalam reyog ponorogo. Seseorang yang
berperan
Dalam pertunjukan reog
ponorogo terbagi atas 3 tarian yaitu tarian pembuka, tarian inti, dan tarian
pentup. Tarian pertama dibawakan oleh 6 sampai 8 pria dengan menggunakan
pakaian serba hitam dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini
menggambarkan sosok yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan
oleh 6-8 pria penunggang kuda. Denga seiring berkembangnya zaman penari ini
biasanya diperankan oleh penari laki-laki sekarang diperankan oleh wanita.
Tarian ini dinamakan tari jaran kepang atau jathilan, yang harus dibedakan
dengan seni tari lain yaitu tari kuda lumping. Tarian pembukaan lainnya
jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu
yang disebut Bujang Ganong atau Ganongan.
Setelah tarian pembuka
selesai, baru ditampilkan adegan inti dari kesenian ini. Isi dan makna kesenian
pada tari inti bergantung pada kondisi pementasan. Jika dipentaskan dalam acara
pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan, sedangkan untuk
hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita tentang seorang pendekar. Jadi
tema tarian ini dapat disesuaikan dengan mudah. Adegan dalam seni reog biasanya
tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Disini selalu ada interaksi antara
pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan
penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh
pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam
pementasan seni reog ini adalah memberikan kepuasan kepada para penontonnya
sehingga penonton dapat terkesan.
Adegan terakhir
adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa
dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Berat topeng ini bisa
mencapai 50-60 kg. Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan gigi.
Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang
berat, juga dipercaya diperoleh dengan latihan spiritual
seperti puasa dan tapa.
Dalam pertunjukannya,
Reog Ponorogo diiringi oleh musik tradisional yaitu dengan gamelan. Musik
tradisional adalah musik yang hidup di masyarakat secara turun temurun,
dipertahankan dan dilestarikan sebagai sarana hiburan dan pertunjukan. Tiga
komponen yang saling mempengaruhi diantaranya seniman, musik itu sendiri, dan
masyarakat sebagai penikmatnya.
Melalui sanggar seni,
pengembangan reog ponorogo akan berkembang lebih baik dan akan tetap terjaga
kelestariannya dari generasi ke generasi dan diharapkan akan mendunia sehingga
dapat bersaing dalam kesenian global. Karena semua yang berhubungan dengan reog
dipelajari dalam sanggar seni. Sanggar seni ini tidak hanya untuk orang-orang
dewasa tetapi juga untuk anak-anak sehingga semua umur dapat menikmati
pertunjukan ini. Di Ponorogo sendiri sudah banyak anak-anak yang berumur 5 tahun
keatas sudah mahir untuk menarikan tarian reog sesuai tokoh-tokoh yang mereka
perankan. Hal ini merupakan salah satu cara agar reog ponorogo tidak akan
luntur dimakan oleh zaman.
Dengan adanya sanggar
seni maka dapat mengolah seni yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat
untuk kepentingan pertunjukan dengan tidak meninggalkan ciri khas budaya daerahnya,
meletarikan dan mengembangkan kesenian daerah, untuk menghidupkan kembali
kesenian yang sudah atau hampir punah, dapat menciptakan lapangan kerja bagi
para seniman. Melalui atraksi-atraksi ( tari, musik, ukir dan lukis) yang
digelar dapatmembantu masyarakat dalam meningkatkan pengenalan dan apresiasi budaya.
Melalui sanggar seni, pembinaan kesenian dapat terorganisir secara baik sehingga
pembinaan dan pengembangannya berakar pada kebudayaan asli suatu kelompok
masyarakat atau suku bangsa. Selain itu, bagian dari kebudayaan yang tidak dapat
di pamerkan, seperti : gerak tari, musik (instrumen dan vokal),pelaku seni
(penari atau pemusik) dan lain-lainnya dapat dilihat melalui pertunjukan seni
yang ditampilkan oleh sanggar seni.
Melihat dari beberapa
fungsi sanggar seni yang disebutkan diatas masih banyak kendala yang dihadapi.
Terutama bagaimana cara menarik para generasi muda untuk mau belajar dalam
sanggar seni. Karena di era modern seperti ini para generasi muda lebih
menyukai belajar tari modern daripada tari tradisional seperti reog ponorogo
ini. Untuk menarik para generasi muda agar mau belajar seni adalah mewajibkan
setiap sekolah memberikan pelajaran kesenian yang mengharuskan siswa belajar
melalui sanggar seni. Selain itu, dalam sanggar seni ini yang biasanya
melakukan pagelaran bisa memberikan reward kepada para penari. Sehingga secara
tidak langsung ini akan menarik para generasi muda untuk belajar seni. Usaha
lain yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pengerrtian kepada para
generasi muda bahwa pentingnya menjaga kebudayaan asli Indonesia. Bisa juga
dilakukan sosialisasi tentang kebudayaan-kebudayaan terutama kesenian reog
ponorogo. Dimana dalam sosialisasi tersebut menjelaskan peran penting generasi
muda dalam pengembangan budaya. Dengan cara yang demikian, perlahan akan
membuat generasi muda sadar akan pentingnya peran mereka dalam menjaga
kelestarian budaya.
Reog ponorogo harus tetap
dijaga kelestariannya. Salah satunya melalui sanggar seni ini. Sudah banyak
sanggar seni yang berdiri di Kabupaten Ponorogo. Hanya saja masih sedikit minat
dari generasi muda untuk mempelajari reog ponorogo lebih dalam. Namun demikian,
untuk menanamkan rasa cinta terhadap budaya lokal beberapa sekolah yang ada di
Ponorogo juga terdapat mata pelajaran yang berhubungan dengan reog ponorogo.
Bahkan mewajibkan kepada para siswa untuk memerankan tokoh dalam reyog ponorogo
melalui pertunjukan tari. Dengan banyaknya sanggar seni yang sudah berdiri
diharapkan mampu membawa reog ponorogo menjadi budaya yang dikenal masyarakat
luas dan dapat dipertunjukan di berbagai Negara
di dunia sehingga kesenian reog ponorogo dapat bersaing dalam kesenian
global. Reog ponorogo adalah kesenian asli yang berasal dari Indonesia dan
bukan kesenian dari Negara lain seperti yang sudah terjadi sebelumnya.
Dimana mengingat beberapa
waktu lalu negera tetangga Malaysia telah mengklaim bahwa kesenian reog
penorogo adalah kesenian asli dari Malaysia dan ini salah besar. Hal ini
terbukti bahwa masyarakat Indonesia sendiri kurang memperhatikan budaya local
sehingga budaya local pun dapan diklaim Negara lain. Peran Sanggar seni akan sangat
penting dalam membantu perkembangan reog ponorogo. Maka dari itu, perlu adanya
sanggar seni lebih banyak untuk mengembangkan reog ponorogo. Selain itu perlu
adanya minat dari generasi muda untuk belajar kesenian reog ponorogo dan dengan
ini maka akan banyak generasi muda yang berbudaya dan mampu melestarikan
kebudayaan local.
Sesuai perananya untuk
mengembangkan kesenian reog ponorogo agar dapat berkembang sesuai zaman tanpa
merubah pakem yang sudah ada, sanggar seni juga melakukan improvisasi dalam
pertunjukannya agar semakin bisa diterima masyarakat luas. Tetapi improvisasi
ini hanya dapat digunakan untuk pertunjukan saja, bukan dalam perlombaan dan
kompetisi yang harus sesuai pakem yang ada.
Misalnya melakukan improvisasi
dalam sanggar seni pertunjukan reog ponorogo yaitu dengan menambahkan unsur
lawakan atau guyonan,akrobatik seperti salto sambil lepas tangan, makan api,
sampai mengupas kelapa dengan gigi. Semua ini dapat dilakukan asalkan tidak
menyimpang dari syariat agama. Dengan menampilkan pertunjukan yang inovatif dan
kreatif maka juga akan berdampak pada daya jual atau pemasaran yaitu semakin banyak minat masyarakat untuk
melihat dan menyaksikan pertunjukan maka akan semakin besar kesempatan kesenian
reog untuk tampil di berbagai perayaan
atau perhelatan di berbagai wilayah di Indonesia sehingga secara tidak langsung
kesenian reog ponorogo dapat berkembang secara maksimal.
Dilihat dari manfaat yang
ada dari didirikannya sanggar seni maka dapat disimpulkan bahwa peranan sanggar
seni sangatlah penting. Terutama dalam hal perkembangan reog ponorogo di era
sekarang ini. Dengan adanya sanggar seni reog ponorogo tidak akan luntur
dimakan zaman dan akan terus berkembang dengan baik dari generasi ke generasi. Sanggar
seni pula lah yang akan membuat reog ponorogo berkembang di kancah
internasional. seperti dalam berita akhir-akhir ini bahwa reog ponorogo akan
menuju pengakuan UNESCO. Hal ini tidak terlepas dari peran sanggar seni juga.
Memperkenalkan kebudayaan
bangsa kedalam kancah internasional memiliki banyak manfaat. Kemajuan
kebudayaan juga memiliki nilai positif bagi kepentingan ekonomi dan politik.
Peningkatan peran budaya Indonesia dalam kancah internasional berarti akan
meningkatkan volume pertemuan dengan kebudayaan asing yang ada sehingga akan
mendorong pengembangan dan pengayaan kebudayaan bangsa. Selain itu, juga akan
membantu pembangunan watak bangsa, dalam konteks memperkukuh jati diri bangsa
Indonesia serta menumbuhkan kebanggaan nasional dan cinta tanah air.
Dengan demikian, sudah
dapat dilihat dengan jelas bahwa sanggar seni sangat berperan banyak dalam
pengembangan budaya. Melalui sanggar seni generasi muda dapat mempelajari kesenian
reog ponorogo lebih dalam. Karena dalam sanggar seni para generasi muda mempelajari
beragam gerak tari, macam-macam kostum, ragam music gamelan, dan masih banyak
lagi yang didapatkan di sana. Dengan begitu, generasi muda dapat melakukan
pengembangan reog ponorogo. Gerakan tari yang dikuasai dapat ditampilkan
melalui pertunjukan-pertunjukan reog. Misalnya mengikuti acara pertunjukan reog
yang biasa disebut dengan Festival Reog Nasional dalam grebeg suro yang
diadakan setiap tahunnya. Terdapat puluhan sanggar seni yang mengikuti acara
festival tersebut. Festival ini menjadi daya tarik para wisatawan karena grup
reog yang tampil tidak hanya dari wilayah ponorogo namun dari beberapa kota
besar yang ada di Indonesia. Hal itu tidak luput dari peran sanggar seni yang
ada diberbagai daerah di Indonesia khususnya daerah Ponorogo. Ini juga
merupakan salah satu upaya pengembangan reog ponorogo.
PENUTUP
Dengan adanya sanggar
seni pengembangan reog ponorogo akan lebih mudah. Diharapkan reog ponorogo akan
menjadi budaya yang terus berkembang dan tidak akan luntur seiiring dengan
berkembangnya zaman. Sanggar seni diharapkan bisa menjadi wadah para seniman dan
generasi muda untuk terus mempelajari dan mengembangkan reog ponorogo. Namun,
tidak hanya sanggar seni yang berperan dalam pengembangan reog ponorogo tetapi
pemerintah dan masyarakat sekitar khususnya generasi muda juga ikut andil dalam
pengembangan reog ponorogo ini. Dengan adanya kerjasama yang baik
antar-golongan maka hambatan-hambatan yang ada akan terselesaikan dengan baik
dan reog ponorogo dapat berkembang terus hingga di kancah internasional.
DAFTAR
RUJUKAN
Christika, Arny P.2016.Reog Menuju Pengakuan UNESCO.Liputan 6.
(Online), (http://www.liputan6.com), diakses 29 Oktober 2016.
Kurniawan,
Benny. 2012.Ilmu Budaya Dasar.Tangerang
Selatan: Jelajah Nusantara
Pribadi,
Wahyu.2016.Riwayat Reyog Ponorogo.
Ponorogo: Golden Terayon Press
Sedyawati,
Edi.2006.Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Sulaeman,
Munandar.2012.Ilmu Budaya Dasar.Bandung:
PT Refika Aditama